Pada tahun 1994 adalah awal niat abah KH. M. Irfan Sholeh dan ibu nyai untuk mengembangkan Pondok Pesantren Al Muhajirin 1, yakni pondok yang diasuh oleh abah beliau, KH. Sholeh Abd. Hamid. Pondok Pesantren Al Hamidiyyah didirikan diatas tanah yangbeli ini pada tahun 1994 kami sudah mempunyai sebidang tanah yang mana tanah ini merupakan pemberian dari ibu Hj. Darwati kemudian kami pindah kesini.

Mengapa saya namakan Al - Hamidiyyah? Karena tafa'ut dengan Mbah Hamid menjadi Al - Hamidiyyah. Jika dulu Mbah Sholeh sudah meninggal maka saya namakan As-Sholihin / As-Shulaha. Berhubung Mbah Soleh dan Mbah Fatimah masih sugeng (sehat) jadi namanya ditafa'utkan menjadi Al - Hamidiyyah yang sebelumnya bernama al-muhajirin 4.

Tahun awal berdirinya Al - Hamidiyyah yaitu tahun 1994. Karena pada tahun ini abah dan ibu sudah tinggal disini. Dengan santri pertamanya yakni Yantini, Eris (PNS), Joni.

Santrinya sekitar hanya 15 orang putra dan 4 orang putri.


Dari 15 orang itu menghasilkan 2 doktor, DR. Joni yang sekarang menjadi dosen di Jambi. kemudian DR. Muhammad Jamil Tuban. Mereka-mereka ini  meninggalkan laporan ke ibu, jadi berkembangnya ini alurnya sangat tidak terkonsep. Dulu santrinya sedikit bahkan santri putri itu awal Abah menjadi ketua yayasan itu santri putri masih 15 orang. Abah tidak ingin fokus ke Al - Hamidiyyah, abah hanya fokus ke Yayasan Bahrul 'Ulum sehinga kini Yayasan sukses kemudian Al-Hamidiyyah berkembang perlahan-lahan. Dan santri yang sekarang yang ada di Jakarta ya Kholishoh  itu yang mendapatkan beasiswa PBSB kemudian melanjutkan di IAIN dan sekarang menjadi tangan kanannya bu Yeni di Institut Abdurrahman.

Dulu itu rata-rata anak-anak itu kebetulan yang di Al - Hamidiyyah pola pikirnya cerah-cerah sehingga sekarang pada posisi yang cukup lumayan, termasuk Yantini itu santri pertama sini. Dan sekarang pondok ini sudah terkonsep, rapi dan tersusun manajemennya, manajemen keuangannya, manajemen pembelajarannya dan manajemen - manajemen yang terkait dengan sistem pondok pesantren yang diwacanakan sebagai pondok pesantren yang modern. Alhamdulillah Al - Hamidiyah sekarang sudah menjadi rujukan dari sekian banyak pesantren yang ada di bahrululum. Setidaknya kami berada di urutan ke-9 di buku pendaftaran nama ribath -ribath se - Yayasan  Al - Hamidiyyah menempati angka ke 9 yang mempunyai filosofi bahwa Al-Hamidiyyah harus  tetap berasa NU, merasa NU dan harus bernuansa NU.

Kemudian dari ciri khusunya itu pesantren Al - Hamidiyyah ini pada setiap bangunanya ada logo Bahrul 'Ulum yang mana di pesantren lainnya tidak ada.

Kemudian sistem pembelajaran Al-Quran memang ada di putri karena yang membimbing langsung pembelajaran Al-Quran yaitu ibu nyai Siti Fatihah Irfn sendiri yang mana beliau seorang hafidzoh lulusan IIQ. Namun sekarang di putra ada sistem tersebut yang ditangani oleh ustadz-ustadz yang bergerak di bidang Al-Quran, tinggal pembinaan dan penjagaan marwah pendidikan yang sesuai dengan model sekarang.

Alhamdulillah beberapa tahun ini alumninya hampir 60% - 70% diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terutama yang putri namun putra juga ada. Ada yang di UNESA, UNS, ITB, IPB, UNEJ, UNAIR, UM. Alhamdulillah juga ada yang meneruskan di perguruan tinggi yang dikelola guru kami yaitu DR. Abdul Ghoffur Maimoen (Putra Mbah Maimoen Zubair) banyak alumni sini yang melanjutkan kesana, melanjutkan ke sekolah tinggi ilmu agama islam Al-Anwar di Sarang dan kami tidak memaksa para alumni SLTA/sederajat untuk tetap tinggal di pondok. Kami memberikan kebebasan untuk melanjutkan dimana mereka bisa dihasilkan, jadi mereka tidak diwajibkan tetap tinggal di pondok. Jadi jika ada periode penerus saya, baru para alumni - alumni itu bisa memberi kontribusi kepada pesantren Al-Hamidiyyah pada generasi ke-2 karena pada generasi pertama ini pendirinya adalah  saya dan istri saya. Mudah-mudahan anak-anak saya bisa melanjutkan.

Nampaknya memang Al - Hamidiyyah ini yang menjadi incaran masyarakat atau ada nilai plus bagi walisantri yang memasukkan anaknya disini baik putra maupun putri terutama adanya kursus bahasa inggris dan dari guru-guru ada musyawaroh, ada penambahan pengajian malam, pengajian malam senin yang mana belum bisa seperti pesantren yang telah lama berdiri dan memiliki banyak orang yang membantu. Milenier raja yang berdiri tegak tapi tidak ditegakkan dan berdiri dengan kondisi yang berjalan dengan kondisi yang tidak dipaksakan dan didukung komponen para asatidz.

Dan pembelajaran Al - Qur'an bagi putri ini ustadzahnya sudah hamilatilquran. Namun  kami belum merasa sempurna, karena maksimalisasi prestasi santri juga maksimalisasi anak-anak untuk wajib tahfidz. Kemudian karena kondisi tempat yang masih perlu pembenahan sehinga kami belum merasa sempurna, targetnya ya untuk terlihat sempurna. Tinggal bagaimana cara menilai para walisantri dan alumni yang dapat menilai keberhasilan sistem pendidikan dan pembelajran di Al - Hamidiyyah. Kalau saya tidak merasa sempurna, saya serahkan penilaian pada walisantri dan para alumni.